LUDI SANG MEDIUM CILIK BAG 3

    Dimeja makan seluruh keluarga kecil Ludi sudah berkumpul untuk sarapan pagi. Ibunya sibuk membuat juice jeruk didapur sambil nyanyi lagu buaya daratnya Ratu. Ayahnya tengah menikmati secangkir kopi susu sambil menyimak koran pagi. Ruli, kakak perempuan Ludi yang duduk dibangku kelas dua SMP sudah rapih dengan seragam biru putih. Rambutnya yang lurus dipermanis dengan bando warna ping. Ia tengah menyantap nasi goreng telur mata sapi. Sementara Fulli, adik Ludi yang paling bungsu ,seperti biasa duduk diatas kursi bayi sambil asik ngedot. Ludi sendiri baru saja selesai dandan. Ia menuruni anak tangga, ini hari senin, Ludi sudah rapi dengan seragam merah putihnya juga dasi dan topinya.Sebuah tas buku tersangkut dipunggungnya.
     Ayahnya menggapai, "Cepat...cepat...cepat....sudah siang,nanti kita telat".
     "kamu tuh kebiasaan." Omel ibu Ludi seraya menyodorkan segelas juice jeruk ke depan Ludi, "susah bangun pagi,suka ngigau, suka ngomong sendiri.Semua itu membuat mami stres tau."
      Ayah Ludi melipatkan korannya,"memangnya ada apa lagi sih mam?"
      "Nih si Ludi,mulai lagi dengan tokoh-tokoh hantu gentayangannya."
      Ruli tertawa cekikikan ."Sekarang masih hantu nenek penunggu toko bunga, atau preman di halte bis?"
      Ludi cemberut.
      "Bohong banget tahu, mana ada hantu berkeliaran disiang bolong."
      "Ruli...!" bentak ayah Ludi."Biarkan adikmu mengembangkan imajinasinya. Siapa tahu dia nanti akan menjadi pengarang hebat."
      "Papa nggak tau sih,tapi Ludi tidak sekedar mengkhayal.Dia sudah keterlaluan.Dia bikin mami takut."
      "Maksudnya?"
      "Contohnya begini nih pa," Ruli berkata."Ludi  ngomong sendiri di kursi belakang, dan ketika ditanya dia bilang sedang ngomong dengan nenek penjaga toko bunga yang datang kesini untuk menemui Ludi.lalu ia memaki-maki sendiri dikamar, ketika Ruli masuk dan bertanya, jawabnya apaan ayo..?Hantu preman halte bis datang dan memaksa Ludi untuk mengantarkannya keseseorang.Ludi tidak mau dan hantu preman itu mau menerkamnya.Gila ngga coba?"
      "Aduh papa, mami kehabisan akal bagaimana caranya mengendalikan Ludi.Ini bisa membuat mami gila."
      Ayah Ludi menatap putranya yang mulai menyantap nasi goreng."Ludi, betul yang dikatakan mamimu dan Ruli?"
      "Semua orang menganggap Ludi gila.Padahal roh-roh itu memang ada.Hanya Ludi yang bisa lihat."
      Mata papa Ludi menatap putranya diliputi perasaan ngeri. ia tidak mengira kalau aduan istrinya selama ini selalu diabaikannya,ternyata betul. Ini masalah serius."Papa akan bicara empat mata denganmu nanti."Ujarnya kemudian.
      Pagi itu, disepanjang jalan menuju sekolah,didalam mobil, mereka hanya terdiam. Tak ada lagu nidji terputar ditape mobil menceriakan awal pagi mereka seperti biasanya. Semuanya kehilangan ceria.Ayah Ludi hanya menyetir tanpa berbicara sepatahpun. Ludi duduk melipatkan tangannya disamping ayahnya.Ruli duduk terpaku dijok belakang sambil tak henti menatap ke luar jendela mobil. Sesekali ia mengutak-ngatik handphone ditanganya.Karena sekolah Ruli jaraknya lebih dekat dari sekolah Ludi, maka gadis itu yang duluan turun dari mobil. Kini tinggal Ludi dan ayahnya.
      "Sekarang papa ingin bertanya padamu Ludi," kata ayahnya kemudian.
      "Bagaimana kamu merasa kalau kamu bisa melihat arwah?""
      "Demi tuhan papa, arwah-arwah itu ada. Ludi bisa melihatnya. Bisa berbicara dengan mereka."
      "Kamu serius?Apa mungkin itu cuma khayalanmu saja."
      "Papa ini nyata.Sekarang ada dua arwah yang terus-terusan mengikuti Ludi.Satu arwah gadis cilik bernama Nesya,yang satunya lagi kakek-kakek.Ludy tidak tahu namanya."
      Ayah Ludi semakin merasa khawatir."Belakangan ini buku apa yang sering kamu baca?".
      "Cuma komik jepang.dan beberapa buku misteri."
      "Mungkin papa akan membawamu ke psikiater minggu depan."
       Ludi menatap ayahnya kaget."Ludi mohon papa,Ludi ngga gila."
       Pagi itu disekolah Ludi lebih banyak berdiam diri. Dia benci, tidak ada satupun keluarga yang mempercayainya. Malah semua keluarganya menganggap dia gila. Dan kini ayahnya berinisiatif untuk membawanya ke psikiater minggu depan. Benar-benar keterlaluan.Dan yang lebih membuatnya putus asa adalah arwah-arwah itu. Apa sebenarnya yang mereka inginkan dariku? Keluh Ludi dalam hati.
***
bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar